Lampung Tengah, faktapublik.com - Menteri Kependudukan dan Pembangunan Keluarga/Kepala BKKBN, Dr. Wihaji, S.Ag, M.Pd, melakukan peluncuran program percontohan atau piloting Gerakan Orang Tua Asuh Cegah Stunting (GENTING) di Kabupaten Lampung Tengah, Lampung, Rabu (24/9/2025) dimana PT Perkebunan Nasional (PTPN) yang menjadi “Orang Tua Asuh”. Kegiatan ini berlangsung di Kecamatan Kalirejo, digelar menyongsong peringatan Hari Kontrasepsi Sedunia 2025.
Adalah Ani Susilowati dengan suami Sukirno (31 tahun) yang merupakan buruh angkut batubara menjadi Keluarga Berisiko Stunting (KRS) pertama yang mendapatkan bantuan bedah rumah melalui program GENTING tersebut. Mereka memiliki dua anak dengan anak kedua masih berusia dua tahun.
Berikutnya, berlokasi dalam wilayah yang sama di Kampung Poncowarno Dusun VII. Di rumah tak layak huni ini bermukim satu keluarga dengan istri Bernama bu Fariyah dan suami Ferianto (26 tahun) yang bekerja sebagai buruh dan mempunyai tiga anak. Anak terakhir berusia 19 bulan, tidak mempunyai jamban, dan mengharuskan mereka menumpang buang “air besar” di rumah orang tua.
Satu lagi merupakan keluarga yang tidak memiliki jamban layak, dan menumpang ke tetangga atau saudara katika mereka membuang hajat. Lokasinya satu wilayah dengan bu Ani Susilowati-Sukirno. Rumah tersebut ditempati bu Sofatul Ngalimah dengan suami Kasiono (26 tahun), buruh pembuat genteng. Rumah ini juga dihuni seorang ibu berusia lansia. Keluarga itu memiliki dua anak.
Diketahui melalui penjelasan seorang dokter, bahwa anak-anak yang ada di keluarga tersebut ada yang berpotensi stunting. Ini diketahui dari berat dan tinggi badan. Hal ini lantaran buruknya kondisi sanitasi dan MCK di lingkungan rumah mereka. Faktor non-nutrisi juga menjadi pemicu munculnya stunting.
Stunting yang ditandai kekerdilan pada anak, walau anak pendek belum tentu stunting, disebabkan bukan hanya karena kekurangan gizi semata. Stunting juga diakibatkan faktor non-nutrisi seperti sanitasi buruk, ketiadaan jamban, kurangnya akses air bersih, serta rumah tidak layak huni.
Selain itu, PTPN juga membangun enam unit jamban sehat di Lampung Tengah dan Pesawara. Masing-masing kabupaten menerima tiga titik pembangunan jamban.
Meski begitu, papar Menteri Wihaji, Lampung Tengah cukup baik dalam capaian stunting karena berada di angka 15 persen, di bawah rata-rata nasional 19,8 persen. Untuk itu, ia mengapresiasi sinergi lintas sektor, termasuk dukungan PTPN dalam upaya percepatan penurunan stunting di Provinsi Lampung ini.
Selain Direksi PTPN, di antaranya hadir juga Bupati Lampung Tengah, perwakilan DPR RI Komisi V, serta instansi terkait. Di depan mereka, Menteri Wihaji menyatakan masih ada beberapa wilayah yang juga membutuhkan perhatian lebih.
•Tinjau SPPG dan Penyaluran Bantuan
Dalam kesempatan itu, Menteri Wihaji juga meninjau secara langsung Satuan Pelayanan Pemenuhan Gizi (SPPG). Tujuannya, untuk memastikan distribusi Makan Bergizi Gratis (MBG), khususnya untuk kelompok 3B (ibu hamil, ibu menyusui, dan balita non-PAUD) tepat sasaran. Diketahui, dari 3.600 lebih penerima MBG, 10 persen atau sebanyak 336 merupakan penerima MBG kelompok 3B.
Menurut Menteri Wihaji, bantuan MBG bagi kelompok 3B sesuai perintah langsung Presiden Prabowo. Untuk itu, Menteri ingin memastikan penyaluran MBG sesuai kebutuhan. Karena kebutuhan gizi tiap kelompok seperti bayi, ibu hamil, dan anak sekolah berbeda. “Saya cek langsung tadi jenis menunya," ujarnya.
Ia juga memantau langsung penyaluran sejumlah program bantuan di dua kabupaten, yaitu Lampung Tengah dan Pesawaran yang juga diberikan oleh PTPN sebagai orang tua asuh dalam program Genting.
Bantuan nutrisi tersebut diperuntukkan bagi 200 sasaran. Para penerima memperoleh paket sembako setiap minggu selama enam bulan. Tim Pendamping Keluarga (TPK) juga mendapatkan insentif Rp 5.000 per sasaran per minggu. Total nilai bantuan nutrisi yang disalurkan mencapai Rp 528 juta.
Sebelum berkunjung ke Pondok Pesantren Al Hidayah di Kampung Kalisari, Kecamatan Kalirejo, Menteri Wihaji di awal kunjungannya menyempatkan diri berdialog dengan ibu-ibu terkait dengan 1000 Hari Pertama Kehidupan (HPK). Menteri menanyakan bagaiman kebiasaan merawat kehamilan sampai melahirkan. Dan pemberian ASI hingga makanan pendamping ASI kepada bayi dengan cara yang baik.
Dalam dialog tersebut, Menteri menemukan Ibu usia kehamilan risiko tinggi di atas 35 tahun. Wihaji perpesan agar yang bersangkutan rutin memeriksakan kehamilannya secara berkala. Selain itu didapati ibu usia muda yang masih berusia 17 tahun dan mempunyai anak.
Demi menjaga kesehatan dan kesejahteraan keluarga, Menteri Wihaji meminta mereka untuk mengikuti program KB, dengan memilih jenis kontrasepsi sesuai pilihan mereka. Tentunya setelah terlebih dulu berkonsultasi dengan bidan atau dokter. (SO/jun/ASP)