PASURUAN - fakta-publik.com Menjamurnya tindakan intoleransi dan radikalisme yang sering terjadi di sekitar kita harus dilawan dengan mengamalkan Empat Pilar Kebangsaan, terutama oknum-oknum yang mengatasnamakan ulama dalam setiap dakwahnya pada acara keagamaan. Politik identitas salah satu bentuk ancaman laten pada Pemilu 2024 tidak boleh dibiarkan berkembang dalam menjaga kedaulatan NKRI.
Pada acara Khaul Mbah Syakarudin yang diselenggarakan oleh warga desa dan di Motori oleh pondok pesantren Salafiyah Keboncandi Kecamatan Gondangwetan Kabupaten Pasuruan dengan mendatangkan KH Imaddudin Ustman Al Bantani dari Banten menjadi momentum dukungan hasil penelitian terkait Nasab para keturunan Walisongo, tujuannya meluruskan tuduhan beberapa oknum Habib terhadap Walisongo yang selama ini dianggap tidak bersambung nasabnya pada nabi Muhammad SAW.
Penelitian ilmiah Kyai Imaddudin Ustman dilakukan melalui analisa dan kajian akademik, caranya dengan mengumpulkan semua literasi manuskrip kitab nasab kuno sebagai bukti empiris untuk mendukung sumber data primer yang disepakati dari isbat Naqobah Ansab Auliya Tis'ah (NAAT) internasional. Proses penelitian tahapan ilmiah tersebut membutuhkan jangka waktu panjang dan sangat berhati-hati sekali.
Yahya Syarwani mewakili pihak keluarga besar pesantren Salafiyah Keboncandi merasa terhormat dan berterima kasih atas kehadiran KH Imaddudin Ustman Al Bantani dan KPB.R.Tb. Tubagus Nurfadhil Satya Tiryayasa Al Bantani Al Husaini dari Kesultanan Kasepuhan Banten mengisi acara Khaul Mbah Syakarudin bin Mbah Sumendi yang notabene juga keturunan salah satu Walisongo Sunan Gunung Djati.
Hasil penelitian Kyai Imaddudin Ustman juga membongkar misi orientalis Belanda yang hafal Al Qur'an bernama Snouck Hurgronje menyamar sebagai Haji Abdul Gafar atau HABIB PUTIH. Kajian tentang kelompok imigran Yaman Ba’alawi yang selama ini masif menjual dirinya sebagai cucu Nabi dikupas tuntas oleh Kyai Imaddudin Ustman saat memberikan ceramah di acara Khaul, terutama peran oknum Ba'alawi sebagai antek Belanda pada masa penjajahan yang tidak banyak diketahui orang.
Misi Kolonial Belanda yang terkenal dengan membentuk kasta sosial berdasarkan Kelas Rasis yang terbagi atas :
Warga kelas 1, adalah ras kulit putih (keturunan Eropa).
Warga kelas 2, adalah imigran Cina dan Arab.
Dan kelas 3 atau yang terakhir adalah pribumi yang disebut Inlander, dengan konotasi yang jelek, bodoh atau terbelakang. Bangsawan Pribumi termasuk dalam kelas ini.
Sistem kelas dipergunakan untuk menancapkan superioritas penjajah di daerah jajahan, bahwa mereka dianggap ras termulia dan harus dihormati oleh ras-ras di bawahnya. Sementara ras kedua, Cina dan Arab dipergunakan sebagai kaki-tangan agar tangan penjajah tidak ‘kotor’, selain sebagai pelaksana kegiatan ekonomi, juga kepentingan kooptasi keagamaan terutama Islam sebagai agama mayoritas.
Saat ini disampaikan bukti oleh Kyai Imaddudin Ustman bahwa penyebar Islam di Nusantara adalah para Keturunan Nabi, maka mereka telah nyata terisbat secara resmi oleh Naqobah Internasional, baik dari beberapa jalur Keturunan Walisongo yang dari Maghribi, Turki, atau Samarkand Uzbekistan, baik yang jalur Al Hasani atau Al Husaini.
"NKRI harus dijaga oleh generasi pewarisnya dari segala agenda pecah belah. Suriah, Afghanistan, Irak, Libya dan Sudan menjadi contoh negara yang gagal menjaga persatuan para generasinya. Makanya kita harus banyak belajar sejarah agar kejadian di Timur Tengah tidak terjadi di Indonesia” tegas Gus Yahya panggilan akrab Yahya Syarwani saat ditemui disela acara Khaul (09/07/2023)
Dalam mengembang tugas dan fungsinya sebagai tempat pendidikan bagi para santri dan santriwati memperdalam ilmu agama, pesantren Salafiyah Keboncandi juga mengajak semua komponen dan elemen warga masyarakat Pasuruan senantiasa mengamalkan ideologi Pancasila dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan bernegara, terutama bagi seluruh generasi muda milenial Indonesia yang memegang tongkat estafet penerus bangsa Indonesia kedepan. Untuk menghadapi hambatan, tantangan, ancaman dan gangguan yang muncul setiap saat menjadi tekad bersama bagi bangsa Indonesia untuk menjaga kedaulatan Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI) secara berkelanjutan dan berkesinambungan.
Selanjutnya pihak pesantren Salafiyah Keboncandi Kecamatan Gondangwetan Kabupaten Pasuruan siap melakukan sinergitas dengan semua komponen dan elemen lainnya dalam mengamalkan Empat Pilar Kebangsaan untuk melanjutkan perjuangan sesuai amanat para pendiri Nahdlatul Ulama (NU).
Pesantren Salafiyah Keboncandi Pasuruan mengajak dan menghimbau seluruh lembaga pendidikan formal dan non formal agar sejak dini menanamkan pada murid-murid dan santri/santriwati untuk selalu belajar dan melatih diri menghayati nilai-nilai moral Pancasila sebagai pembentukan karakter diri menjadi generasi penerus bangsa yang berwatak Pancasila dan menjadi filter setiap masuknya ideologi transnasional.(ali)